Rumah “Eyang” Habibie

Rumah “Eyang” Habibie – Bapak BJ Habibie yang terjun ke dunia politik tidak diikuti dua anaknya: Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Itu berbeda dengan anak-anak mantan presiden RI yang lain. Keluarga Habibie punya alasan tentang itu.

Ilham menuturkan, ayahnya bukan politikus, melainkan seorang profesional yang kebetulan punya jabatan publik. ”Bapak orang yang bekerja secara profesional di pemerintahan dan oleh karena itu ada dimensi politik pada pekerjaannya. Tapi, bukan politikus yang kita kenal full time politik,” ujar dia di Taman Makam Pahlawan Kalibata kemarin. sbobet

Atas dasar itu, kata Ilham, dirinya dan Thareq tidak pernah terjun ke dunia politik dan memilih menjadi profesional. Yang terpenting, sebagaimana ajaran sang ayah, profesi apa pun harus memberikan manfaat. ”Seorang profesional dan itu yang bisa saya kontribusikan untuk bangsa dan negara,” tuturnya. https://www.mrchensjackson.com/

Ilham menuturkan, hingga beberapa saat sebelum meninggal, Habibie menginginkan apa yang dicita-citakan dan belum diwujudkan bisa diteruskan. ”Harus melanjutkan perjuangan, mengurus hal yang bapak ingin,” ujarnya.

Ada banyak cita-cita Habibie. Namun, menurut Ilham, salah satu yang akan dilanjutkan adalah pembuatan pesawat terbang R-80. Dia beralasan, peluncuran N-250 pada 1995 membawa dampak besar bagi perkembangan teknologi di Indonesia. Bahkan, momentum 10 Agustus itu dicatat sebagai Hari Teknologi Nasional. judi bola

Momentum tersebut, kata Ilham, harus dilanjutkan dan disesuaikan dengan zaman. Dan, R-80 merupakan bentuk modern dari N-250. ”Tentu kita tidak ingin itu seperti museum. Kita harus meneruskan,” tegasnya.

Di luar urusan pesawat, Habibie dikenal sebagai kolektor mobil. Puluhan mobil dan motor terparkir di garasi rumahnya. Jimly Asshiddiqie, mantan asisten Habibie ketika menjabat wakil presiden, mengungkapkan bahwa pria kelahiran Parepare, Sulsel, itu memang menyukai dunia otomotif.

Ada banyak koleksi mobil klasik dan motor gede (moge). ”Jumlahnya nggak tahu pasti. Tapi, banyak di bawah (garasi, Red),” katanya.
Jimly mengaku pernah ditawari untuk menggeber moge kesayangan Habibie. Namun, karena tidak terlalu mengerti dan tidak hobi, dia urung mencoba. ”Saya pernah mau dipinjemin, udah lama. Tapi, saya nggak punya SIM,” kata dia, lantas tersenyum.

Menurut Jimly, ada rencana menjadikan rumah tersebut sebagai museum. Selain kendaraan koleksi, ada ribuan buku di rumah Habibie. ”Jadi, memang beliau niatkan ini rumah akan jadi perpustakaan dan museum sehingga orang bisa pakai.Tentu nanti ada yang mengelola, mungkin Habibie Center,” jelas mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Farah Habibie, cucu Habibie, mengakui hobi koleksi otomotif tersebut. Tapi, sang eyang justru tidak tak begitu mahir mengemudi. ”Eyang is a bad driver,” katanya.

Sementara bekas kediaman Habibie di Jalan Bau Massepe, Parepare, kini dihuni oleh keluarga besar pejuang kemerdekaan H Usman Palo.

Masih ada tempat tidur berbahan besi lengkap dengan kelambunya di ruangan yang dulu merupakan kamar tidur Habibie di rumah itu. Di dalamnya juga ada dua lemari antik milik keluarga Habibie

Ketika dijual ke keluarga H Usman Balo, rumah dan isinya dijual sama-sama dan semuanya barang itu masih asli sampai saat ini.
Sementara di bekas rumah orang tua Habibie, ada pelat aluminium mengkilap dengan tulisan “Jaga, Lindungi Lestarikan”.

Tulisan “Status: bangunan cagar budaya Nomor 20/TP-CB-PRE/2016” juga ada di rumah bercat oranye dengan halaman cukup luas itu. Pohon-pohon buah tumbuh di halaman rumah dengan pagar besi model tahun 1960-1970 tersebut. Di samping gerbang rumah, ada pos jaga dengan seorang petugas keamanan di dalamnya.